Rabu, 28 November 2018

Tak Punyai Judul











Aku selalu merasa kau itu begitu hebat
Dengan semua sederhanamu kau mampu membuat diri ini kembali yakin
Akan apa-apa yang selama ini hilang
Percayanya akan dirinya sendiri ini yang telah lama hilang

Hadirmu jujur buat diri merasa kembali beruntung
Merasa bahwa sebenarnya semua hal tak begitu terlalu buruk seperti yang ditakutkan
Merasa bahwa ternyata diri ini tak begitu tak mampu
Merasa bahwa sesungguhnya diri ini tak begtiu tak cukup baik

Di matamu kembali  ku temukan diriku
Padanya ingin ku tenggelamkan diri ini
Karena percayalah hadir pula hati yang meminta kembali tuk dihuni
Ada kembali hasrat untuk kembali berusaha memantaskan diri

Caraku pecundang caraku tak pernah terang-terangan
Tapi bukan berarti apa-apa yang padamu  aku kurang-kurangkan
Hanya saja diri ini masih belum cukup yakini
Apakah diri ini pantas untuk sanggup
Ataukah sanggup untuk menjadi pantas
Untukmu


-Radi-

Minggu, 25 November 2018

Selamatku Teruntuk Kamu








Pada aku yang hanya dapat menyimpan gebu.
Pada lidahku yang kelu seakan bisu gagu. 
Pada rasaku yang selalu hanya kuasa diam beku membisu.
Dan teruntuk kamu yang mungkin kini tahu.
Bahwasannya dimatamu kembali kutemukan diriku.
Seorang pecundang yang hanya dapat memalingkan wajah ketika pandang menemu.
Yang hanya dapat berharap akan selalunya hadirmu.
Hanya akan selalu tersipu akan setiap senyummu.
Yang tak tahu pula entah sampai kapan akan melulu membatu malu termangu.
Dan selamatku teruntuk kamu yang telah berhasil alihkanku.
Ya, duniaku, pun hatiku.

-Radi-

Minggu, 11 November 2018

Inginmu Itu Apa?












Bolehkah aku tahui apa yang sebenarnya kau ingini? Tentang siapa yang sebenarnya kamu ingin perjuangkan, inginkan, bahagiakan. Aku tahu hatimu sedang tak sehat dengan segala kebingungan yang kini terasa amat tak ada celah untuk buatnya tak hilang arah. Hatimu hanya sedang tak sehat, bukan lagi sakit. Ia tak perlu pulih lagi. Ia sudah pulih. Jadi apa lagi yang sebenarnya kini kau bingungkan.

Pernah satu waktu kau begitu yakin sampai akhirnya ingin kemudian rasanya menjatuhkan. Entah apa yang kemudian kau pikirkan. Kau kembali mengurungkan niat diri. Semua tanya semua ragu semua anggapan yang buatmu seolah terperangkap dalam perangkap yang kau buat sendiri sesungguhnya kau tahui pula jawabnya. Lalu mengapa masih saja kau tak ingin menjalani apa yang sesungguhnya kau tahu bahagiamu akan bermuara kemana.

Sungguh jika kini aku jadi kau, aku tak akan terlalu ambil pusing dengan semua hal yang sebenarnya tak perlu kau pusingkan. Sampai seorang teman pernah sempat berkata bahwa kau terlalu membuat dirimu sulit sendiri. Arahmu kau hilangkan, bukan kau hilang arah. Ragumu kau rancangkan, buat karena memang ada dan tak tersingkirkan. Dan masih banyak lagi yang sebenarnya kau sendiri yang buat dirimu seperti sekarang ini.

Ragumu setengah raguku. Tapi ketahuilah, seperti yang selalu kau bilang. Semua tunggu tak diciptakan untuk selamanya membatu. Ada kalanya tunggu terjemput sambut yang kemudian kuasa buatnya pergi, ia yang kini jelas ada di depan matamu, bisa berlalu hanya karena terlalu lama menunggu. Jangan siakan apa yang sebenarnya sudah kau selalu inginkan. Jangan jadikan ragumu penghalang akan maumu yang sebenarnya.

Aku tahui kau selalu keraskan perihal butuh kesiapan. Tetapi jangan sampai apa yang kau bilang butuh kesiapan, akhirnya kuasa buatnya terundung kesepian yang kemudian ia putuskan 'tuk tak lagi menunggu sendirian. Kelak akan ada yang mampu beri ia hal yang ia sangat ingini hal itu datang darimu. Kelak siapmu hanya akan menjadi sesalmu. Sesal telah melewatkan, sesal telah tak memberaninkan, sesal tak kuasa singkirkan (ragumu).



-Radi-

Kamis, 01 November 2018

Berharap



Bolehkah kali ini ku berharap. Akan hadirnya dirimu di hidupku. Menjadi teman sepiku. Menjadikanku yang pertama yang senantiasa selalu kau khawatirkan karena belum mengucapkan selamat pagi karena bangun terlalu siang. Aku ingin seberarti itu di hidupmu. Ku pastikan kau akan seberarti itu pula kelak di hidupku. Aku berandai perihal kita. Aku berharap perihal berani. Berani akan semua hal yang membuatku ragu. Perihal diriku di masa lalu dan untuk masa yang akan datang. Kau datang memberi semua keyakinan pada si peragu ini. Bertepatan dengan butuhnya ku di yakinkan akan raguku. Ku ingin berdamai dengan diriku. Dan kudapati kamu membawa berjuta damai, acapkali kau tersenyum seraya mata kita bertemu dan saling menginginkan satu sama lain.


-Radi-

Senin, 29 Oktober 2018

Ragu





Inginnya diri ini tak buatmu berlalu.
Tapi apa daya diri ini terlalu terbelenggu ragu.
Kuasakah diri ini menjadi alasan atas setiap rekahnya lengkung senyummu.
Kuasakah diri menjadi apa yang senantiasa buatmu tersipu malu.
Kuasakah diri ini menjadi yang selalu tak buatmu merasa sia-sia telah membuang waktu.
Kuasakah diri ini menjadi hal yang kelak tak kecewakanmu.
Kuasakah diri ini menjadi bahagiamu.

Diri ini tak pernah tahui pasti apa yang ia ingini.
Untuk ragu yang kini terlalu merajai.
Semoga tak kuasa buatmu pergi.
Untuk kamu yang sedari awal mampu buatku jatuh hati.
Sungguh aku tak tahu apa yang kelak mampu buat ragu ini pergi.


-Radi-

Minggu, 28 Oktober 2018

Aku Yang Lain







Sejujurnya tak akan ada yang jauh berbeda setelah semuanya diganti dan diganti lagi. Blog ini tetaplah blog yang menyediakan keresahan. Keresahan yang mungkin tak jauh berbeda dengan yang punya raga ini. Tapi aku tak pernah merasa menang dengan aku yang akhirnya diberikan lahan untuk lebih ingin menunjukan diriku, yang sebenarnya tak sepenuhnya aku karena dia tetap pemegang kendali atas segalanya. Hanya saja kali ini aku hanya ingin lebih memberi tahu bahwa beban tak bisa ia pikul sendirian. Bebannya terlalu berat, bahkan cenderung bodoh. Mengapa? Karena sesungguhnya itu sama sekali bukan beban, tapi ia selalu membuatnya menjadi beban. Betapa anehnya diri ini. Dan mulai saat ini blog ini sepakat kita bagi dua. Tetapi katanya tetap aku yang akan lebih mendominasi. Aku senang, campur sedih. Aku senang aku diberi lahan untuk menuangkan kesedihan, dan aku sedih mengapa sedih ku ia senangi hingga diberikannya lahan untukku.

Kepada pemilik diri ini terimakasih. Sekarang dan untuk selanjutnya biar aku yang pegang kendali atas dirimu. Senangmu silahkan kau habiskan untuk dunia yang kau tunjukkan untuk semua orang. Sedihmu biar jadi kendaliku.

Salam kenal namaku Radi, Bolehkah sedihmu kelak menjadi sedihku juga? Wahai teman-teman diluar sana?


-Radi-

Minggu, 01 April 2018

Dunia, Berlalu, Bahagia


        






        Setelah hampir seperempat dua tahun, kini semuanya mulai menuju baik. Perihal dunia yang belakangan ini berusaha ku tinggalkan, akhirnya benar-benar sudah ku tinggalkan. Memang bukan perihal mudah. Tetapi banyak yang berkata saatnya untuk temukan tujuan baru. Terlepas apapun halnya itu, tetapi ku yakini itu tujuan yang baik. Entah untuknya dan ku ingini bukan hanya “entah” untukku.
          Jika dipikir-pikir cukup melelahkan menjadi sedih. Walau memang tak bisa semena-mena disingkirkan, tetapi untuk sadar bahwa ini tak boleh berlarut pun itu sudah cukup baik. Terutama untuk semua yang telah terjadi. Tentang pengusahaan yang tak pernah dianggap usaha, ataupun hal-hal yang diabaikan dan terabaikan. Lelah takkan pernah ada tepinya. Tetapi ketika kita memutuskan untuk menepi, lelah takkan pernah menghalangi.
          Hingga pada akhirnya kini ku temukan duniaku yang baru. Setelah beberapa forum ku menjabarkan akhirnya mereka menjadi duniaku yang mari kita sebut saja itu baru. Mengapa forum? karena itu rahasia. Rahasia yang mencoba dirahasiakan oleh orang-orang yang sebenarnya tak pandai menyimpan rahasia tetapi tetap berusaha untuk membuat itu tetap rahasia dengan cara yang sungguh tidak rahasia. Ingin bukti? Memang kalimat tadi belum cukup menjelaskan? Tetapi yang terpenting kini perlahan ku temukan aku yang baru. Aku yang lebih siap untuk bergegas pergi walau mungkin masih entah kemana arahnya, tetapi setidaknya aku ingin berlalu. Meninggalkan apa-apa yang selama ini sudah terlampau membawaku ke jurang peratapan tanpa penghentian. Ataupun hal yang pernah membawaku terbang setinggi mungkin sehingga membuatku tak sadar bahwa jatuh adalah hal yang juga mungkin. Sudah saatnya aku berhenti dari semua itu.
           Tak pernah cukup jenaka apa yang ada di setiap tulisan yang ada disini. Jenakanya, aku pernah seberusaha itu membuat jenakaku sendiri. Walau memang seperti apa yang ku katakan sebelumnya. Tak pernah berhasil. Tak jarang pula aku menyayangkan aku yang tak bisa menjadi sejenaka itu atau bahkan semenyebalkan itu. Sehingga ku pernah kuasa membuat hati merasa jenuh dengan aku yang terlalu tak menyebalkan. Ku semogakan diriku tidak seperti itu lagi. Terlepas dari semua itu, ku bersyukur aku pernah menjadi jenaka bagi siapa saja yang menganggapku sejenaka itu, bukan semembosankan ini.
          Sudah saatnya berkemas, saatnya bergegas. Mencari tuju yang baru. Yang tentu tak bisa didapatkan tanpa adanya usaha mencari. Tapi aku pun tak mau terburu-buru. Jalanku masih tertatih, kaku dan tak seluwes dulu. Masih butuh waktu untuk sampai akhirnya kudapati diriku menemukan tuju yang baru. Aku tak mau pula terlalu seberusaha itu. Karena ku tahui semakin keras ku mencoba, semakin keras pula tekanan yang ku berikan kepada diriku sendiri sehingga ketika ku lelah di tengah sebuah pencarian, aku akan kesulitan karena aku sudah terlampau tak kuasa untuk menolong diriku sendiri. Biarlah mengalir, biarkan angin membawa semua sedih lelah ini dan menuntunku ke suatu hal yang baik dengan mengajariku berjalan dengan lebih baik. Setelah jatuh kemarin ku tak pernah sebegini yakin. Ku harap, memang ini sudah saatnya.       
          
         
          Untuk semua yang membaca ini, ataupun untuk yang tak sengaja menemukan ini diujung keputus asaan kalian searching di google. Atau untuk orang-orang yang sengaja mengklik link yang ada di sebuah bio yang ada di sosial media, ku hanya harapkan kalian semuamuanya bahagia. Karena bahagia juga butuh hal yang diusahakan. Berusahalah untuk mendapatkan bahagia kalian. Tentunya cara berusaha apapun dilumrahkan untuk itu. Asal ingat! Jangan pernah bahagia kalian itu bersumber pada perbuatan buruk yang kalian sengaja lakukan pada seseorang. Kita semua berhak bahagia, tetapi oranglain tak berhak kita sakiti untuk kebahagiaan kita sendiri. Bahkan jika mereka yang meminta sekalipun. Jangan.
         

Just noted one thing!
          “All of us deserved to get our own happiness with any ways we wanted. But that doesn’t mean we can do something bad to the others to get ours. Just keep going in our own track and keep feel grateful on everything. And let God shows us what’s the best thing that we deserved.”  
-dicky-


So see ya on the other post, guys!







- Dicky Ramdhani -